Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Renungan Sebelum 17 Agustus

 Indonesia Tanah Airku

Tanah tumpah darahku

Disanalah aku berdiri 

Jadi pandu ibuku

Indonesia kebangsaanku

Bangsa dan Tanah Airku

Marilah kita berseru

Indonesia bersatu

Hiduplah tanahku

Hiduplah negriku

Bangsaku Rakyatku semuanya

Bangunlah jiwanya

Bangunlah badannya

Untuk Indonesia Raya

Indonesia Raya

Merdeka Merdeka

Tanahku negriku yang kucinta

Indonesia Raya

Merdeka Merdeka

Hiduplah Indonesia Raya

Indonesia Raya

Merdeka Merdeka

Tanahku negriku yang kucinta

Indonesia Raya

Merdeka Merdeka

Hiduplah Indonesia Raya


Begitulah lirik lagu kebangsaan Indonesia Raya, ciptaan W.R. Supratman. Apakah anda masih ingat dengan lirik lagu tersebut? Atau sudah lupa. Jika anda sudah lupa, amat disayangkan, karena sebagai bangsa Indonesia, anda dengan mudah melupakan lirik lagu yang telah diciptakan W.R. Supratman dengan sepenuh hati tersebut.  Supratman memperdengarkan lagu ciptaannya secara instrumental di dalam Kongres Pemuda II, 28 Oktober 1928 di Jakarta. Pada saat itulah untuk pertama kalinya lagu Indonesia Raya dikumandangkan di depan umum. Semua yang hadir terpukau mendengarnya. Dengan cepat lagu itu terkenal di kalangan pergerakan nasional. Apabila partai-partai politik mengadakan kongres, maka lagu Indonesia Raya selalu dinyanyikan. Lagu itu merupakan perwujudan rasa persatuan dan kehendak untuk merdeka.

Sesudah Indonesia merdeka, lagu Indonesia Raya dijadikan lagu kebangsaan, lambang persatuan bangsa. Tetapi, pencipta lagu itu, Wage Roedolf Soepratman, tidak sempat menikmati hidup dalam suasana kemerdekaan.

Akibat menciptakan lagu Indonesia Raya, ia selalu di buru oleh polisi Hindia Belanda, sampai jatuh sakit di Surabaya. Karena lagu ciptaannya yang terakhir 'Matahari Terbit' pada awal Agustus 1938, ia ditangkap ketika menyiarkan lagu tersebut bersama pandu-pandu di NIROM Jalan Embong Malang, Surabaya dan ditahan di penjara Kalisosok, Surabaya. Ia meninggal pada tanggal 17 Agustus 1938 karena sakit.

Alhasil, lagu tersebut menjadi salah satu lagu wajib bagi bangsa Indonesia. Lagu tersebut sebagai pengiring untuk menaikan bendera, ketika memperingati 17 Agustus atau hari-hari bersejarah lainnya.

Disamping itu, lagu tersebut juga berkumandang di setiap hari senin pagi, ketika pelaksanaan upacara pengibaran sang saka merah putih di setiap sekolah-sekolah.
Ketika pelaksanaan tersebut, mereka selalu dengan tegap dan gagah memberikan hormat ketika lagu itu dikumandangkan.

Pertanyaannya, apakah mereka mengetahui makna yang tersirat dari lagu kebangsaan itu.
Jika lagu tersebut diputar kembali ketika mereka melaksanakan kegiatan lainya, apakah mereka melakukan sikap yang sama, dengan cara berhenti sementara dari aktivitasnya dan memberikan hormat sampai lagu kebangsaan tersebut berakhir. Jawabannya, 50 persen yang melakukan adegan menghormati lagu tersebut. Selebihnya hanya cuek dan melanjutkan aktivitasnya kembali.

Penulis tidak memungkiri hal demikian. Sebab, penulis juga bersikap demikian juga ketika lagu Indonesia Raya dikumandangkan. Heheh...Penulis cuek dan seolah-olah tidak mengerti makna yang terkandung dalam lagu tersebut.

Sikap tersebut sangat berubah ketika penulis berkunjung ke Amerika Serikat bulan Juni lalu. Dimana, setiap orang selalu menghormati semua yang berkaitan dengan sejarah terbentuknya negara Amerika Serikat. Termasuk, lagu kebangsaan mereka sendiri. Ketika mendengarkan lagu tersebut, mereka diam dan tidak bergerak.

Dor..dor..hati penulis terenyuh dan luluh ketika melihat sikap mereka. Sebab, mereka sangat menghormati sekali, sejarah. Mereka sadar, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawan. Mereka begitu menghormati lagu kebangsaan setiap saat. Itu terlihat ketika penulis berkunjung ke tempat bersejarah. Dimana diputarkan lagu kebangsaan. Dimana setiap orang, dengan tertib meletakan tangan didada, berdiri tegap ketika lagu kebangsaan tersebut berkumandang.

Apakah kita bisa bersikap demikian? Jawabannya, tergantung diri sendiri. Seberapa besar rasa nasionalisme yang ada didalam diri. Mari kita merenung sebelum 17 Agustus di tahun ini. Hampir sebagian generasi muda tidak mengetahui sejarah bangsa mereka sendiri. Selain tidak hafal lirik lagu kebangsaan, mereka juga tidak mengetahui tentang nama-nama para pahlawan yang telah berjuang untuk kemerdekaan republik ini.

Beberapa waktu lalu, para pejuang Angkatan 45 Sumatra Barat merasakan penghayatan terhadap nilai-nilai kejuangan telah semakin memudar. Mereka melihat dari pola pikir dan perilaku generasi yang jauh dari patriotisme. Tak hanya itu, kesadaran akan kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat sudah digantikan paham individualisme, matrialisme dan hedonisme.

Ironisnya, generasi muda lebih menyukai mengisi liburan dengan shopping atau mejeng ke Mall dari pada melihat  museum sejarah yang ada di daerah mereka sendiri.
Ironinya, museum ataupun tempat makam pahlawan hanya dikunjungi ketika hari besar saja. Seperti hari kemerdekaan RI.

Kita tidak boleh menyalahkan seluruhnya kepada generasi muda yang rasa nasionalismenya kian luntur. Tetapi, untuk membangkitkan rasa nasionalisme tersebut harus ada dukungan dari pemerintah. Pemerintah harus turun tangan ikut campur untuk membenahi tempat bersejarah. Agar generasi muda tertarik berkunjung ke tempat bersejarah tersebut. Sesudah dibenahi semua tempat bersejarah perjuangan kemerdekaan tersebut. Pemerintah sebaiknya memasukan meseum sebagai salah satu objek wisata yang bisa dikunjungi setiap anak-anak muda.

"Saya saja sudah hampir 24 tahun di ranah minang ini, tidak tahu bahwa ada museum perjuangan di kota Padang ," ungkap salah seorang pemuda bernama Ozi. Lagi-lagi penulis membedakan dengan negara lain, seperti Amerika Serikat. Mereka mendesainnya tempat bersejarah semenarik mungkin. Sehingga, tempat bersejarah kemerdekaan menjadi objek wisata bagi turis asing maupun lokal. Seperti National Mall. Tempat tersebut, ramai sekali dikunjungi generasi muda bahkan seluruh orang didunia. 

Disana terdapat Lincoln Memorial dan US Capitol dengan Washington Monument di pada bagian tengah barat, Thomas Jefferson Memorial, Lincoln Memorial, World War II Memorial, Korean War Veterans Memorial, Vietnam Veterans Memorial dan US Capitol. Tak ketinggalan, tempat bersejarah ketika Amerika Serikat berseteru dengan Jepang. Peristiwa pemboman di Pearl Habour Hawaii. Kini dijadika monumen bersejarah sekaligus objek wisata. Tak hanya itu, para pengunjung juga dapat berbelanja souvernir tentang para pejuangan kemerdekaan. 

Mari kita merenung sebelum pelaksanaan hari kemerdekaan RI. Seberapa besar kita mengetahui sejarah bangsa Indonesia. Dan melanjutkan perjuangan para pahlawan di masa sekarang. (lenggogeni)

Post a Comment for "Renungan Sebelum 17 Agustus"