Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

NOVIA HERTINI : Jatuh Bangun Hidup Sang Desainer

Novia Hertini 

    NOVIA
Hertini, namanya begitulah namanya dikenal di dunia fashion. Ia merupakan salah satu pendiri Asosiasi Pengusaha Perancang  Indonesia (APPMI) Provinsi Sumatera Barat. Novia Hertini bersama Fomalhaut Zamel, Ferry Daud, En Shirikie, Manggala Iddhi Chandra sebagai founder organisasi bagi perancang mode di Ranah Minang.

    "Awalnya, Bang Buyung (Rizal Ramli), mengajak kami untuk mendirikan APPMI di Sumatera Barat. Kami berkumpul dan berdirilah organisasi tersebut pada 2006. Setelah tiga tahun, APPMI pun mulai dikenal," cerita Novia begitu sapaan akrabnya.

    Setelah bergabung, nama Novia kian berkibar. Berbagai event fashion show telah diikutinya. Mulai tingkat daerah, nasional hingga internasional. Salah satunya, pergelaran di Jakarta, Bali, Batam, Singapura dan Malaysia. "Saya bersyukur saat ini. Semua bisa digapai dan sesuai dengan keinginan," ucapnya.

    Jikalau melihat ke belakang, perjuangan hidup sungguh diluar dugaan. Jatuh bangun kehidupan sudah dilaluinya dalam usia relatif muda, yakni 19 tahun. Kisah itu bermula ketika keinginannya menjadi seorang perancang busana. Keinginan Novia, gadis kecil yang ditinggal sang bunda selagi masih umur lima tahun begitu menggebu. Sepeninggal ibunya, Novia harus terpisah dengan ayah dan kedua adiknya.

    "Ayah pergi entah kemana, kedua adik saya diasuh nenek saya di Painan. Alhamdulillah kami semua telah berkumpul semuanya. Ayah dan kedua adik saya," ucap Novia. Novia kecil diboyong adik ibunya ke Payakumbuh.

    "Tante lah menyekolahkan. Tante mengurus semua keperluan saya hingga remaja," kata Novia. Sedari kecil umur lima tahun, bakat Novia terhadap dunia fashion memang sudah nampak. Berbagai perlombaan modelling ataupun fashion show diikutinya.  "Kalau Okky Asokawati dan Poppy Dharsono tampil di televisi pasti dipanggil tetangga untuk melihatnya. Saya menonton kedua idolanya itu berlenggak lenggok di catwalk," cerita Novia mengenang masa kecilnya.

   Selepas menempuh pendidikan di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), keluarga menginginkan Novia mengambil sekolah perawat SPK, namun ia lebih memilih sekolah jahit menjahit SMK-K. Pilihannya sempat ditentang seluruh keluarga. Namun, ia tetap kuat dengan pilihannya menjadi seorang perancang mode.

    "Di sanalah saya belajar tentang dunia jahit menjahit. Mulai dari menggunting pola, desain hingga cara berlenggak lenggok di catwalk," ucapnya. Selepas menempuh pendidikan, Novia pun magang di Kota Padang. Nah, disitulah Novia bertemu dengan sang pujaan hatinya. Lelaki yang berhasil merebut hatinya itu adalah bapak kos yang merupakan seorang pengusaha. Impiannya menjadi seorang desainer menggebu dan dapat dorongan sekaligus motivasi dengan pujaan hatinya. Novia akhirnya memutuskan menikah pada umur relatif muda, pada 1999.

    "Impian untuk menjadi seorang desainer pun semakin menggebu-gebu," kata Novia dengan berkaca-kaca. Sayangnya, impian tersebut tinggal impian semata. Beberapa bulan setelah menikah, sang suami mendapat serangan stroke. "Pupuslah harapan sekolah di dunia fashion. Namun, sang suami tetap memberikan motivasi saya," ucap Novia.

    Akhirnya Novia lah menjadi tulang punggung keluarga, sekaligus mengurus sang suami dalam keadaan sakit. Dari salahkah ketabahan mereka sebagai suami istri diuji. "Kala itu sang suamilah yang memotivasinya, lakukan apa yang bisa kamu lakukan. Di tengah hinaan dan cacian, mulailah saya dengan berjualan es dorong, kue, gorengan hingga menjahit di rumah," kata Novia.

    Di tengah keprihatinan tersebut, Novia tak patah semangat. Ia masih ingat kata-kata motivasi dari sang suami, 'Menjadilah karena Dirimu Sendiri Bukan Karena Orang Lain'. Walaupun sempat pupus impiannya, tapi 'kobaran api' semangat  menggapai cita-cita sebagai seorang perancang mode tidaklah seutuhnya musnah.

    Disela-sela kesibukannya, Novia mendapatkan brosur ajang Kompetisi Lomba Rancang Busana Muslim tingkat kota Padang. "Alhamdulillah saya rebut kemenangan dari tingkat kota Padang, Sumbar hingga memperoleh beasiswa belajar di ESMOD," katanya. 

    Disanalah, Novia dilema antara dua pilihan, keluarga atau impian. Jikalau Novia mengambil beasiswa, konsekuensi cerai dengan sang suami. "Saya pun memperlihatkan beasiswa tersebut kepada sang suami. Ia merestui saya belajar di sekolah mode selama dua tahun. Sebab, ia mengerti impian saya ingin menjadi seorang desainer. Sayangnya, keluarga sang suami tidak merestui. ," katanya. Setelah berkonsultasi akhirnya, Novia berangkat ke Jakarta meraih impian bersekolah di ESMOD.

    Dua tahun pun berlalu. Novia pun pulang ke Padang. Ia menemui Bunda Reffan House. Ia disuruh menjahit di tempat usahanya. "Bundalah turut serta ikut andil dalam sejarah perjalanan karir saya," ucapnya. Setelah beberapa lama, akhirnya Novia memisahkan diri. Novia pun membuka usaha menjahit sendiri.

    "Hasil keringat bekerja di Reffan House saya bisa membeli dua buah mesin jahit bekas dan kasur serta mesin obras yang dipinjam bunda. Lalu saya memperbaikinya dan membelinya ke Bunda," ucap Novia. Jelang satu tahun, usaha Novia pun berkembang. Ia mengembangkan sayap di Pasaraya, dengan label N_Vee Mode.

    Kini Novia bersyukur dengan anugerah yang telah dilimpahkan kepadanya. Ia telah memilih usaha mode dan ayam potong. "Alhamdulillah, saya bahagia. Perjuangan saya belum berhenti untuk berkarya," tegas Novia yang dikenal karya songketnya. Dalam setahun, Novia ikut ajang fashion show tiga kali event peragaan busana tingkat nasional.

    Dengan hasil karya rancangannya tersebut, Novia tidak mematok harga yang tinggi. Untuk di Novia Hertini, paling standar harganya Rp750 ribu hingga puluhan juta. Kalau baju yang dijual di toko N_Vee Mode harga bajunya Rp250 hingga jutaan. (Lenggogeni)

Post a Comment for "NOVIA HERTINI : Jatuh Bangun Hidup Sang Desainer"