Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

JAMILUS

Doktor Falsafah Berkat Silek Tuo

Lenggogeni
Wartawati Madya

SILAT Minangkabau yang masih memiliki ciri tradisional harus dilestarikan, karena semua gerakannya memiliki makna dan nilai yang membedakan etnik Minangkabau dengan yang lainnya. Bahkan telah banyak membawa orang ke puncak prestasi di tingkat nasional. Jika tidak dilestarikan Minangkabau akan tinggal nama, dan keterampilan silat harus dipelajari generasi selanjutnya ke Wina, Eropa.
Hal itu ditegaskan, Jamilus, Doktor Falsafah Silek Tuo/Silek Harimau, disela-sela kesibukkannya sebagai dosen seni rupa dan mahasiswa S3 di Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM), kepada Singgalang.
Sudah banyak pihak akademisi dan pem

erhati luar Indonesia yang meneliti atau menulis tentang silat Minangkabau yang hanya melihat kepada produknya atau keterampilannya. Dari penelitian tersebut dia mendirikan perguruan di Negara mereka.
"Saya mengkhawatirkan silat Minangkabau akan sama nasibnya dengan bahasa Indonesia atau tambo Minangkabau. Jika ingin mempelajarinya harus ke Belanda. Begitu juga dengan silat, apabila generasi muda Minangkabau ingin belajar silat harus ke Wina, Austria atau ke Eropah," katanya.
Pada hal, menurut Jamilus, gerakan silat Minangkabau adalah semacam ‘sub grand desain’ kehidupan sosial masyarakatnya, sebagaimana yang ditulis Christine Dobbin, tahun 1950 an. Penduduk Minangkabau berjumlah 2,5 persen dari seluruh penduduk Indonesia. Ia merasa heran karena 25 – 30 persen pemimpin dan tokoh nasional berasal dari Minangkabau. Setelah ditelusuri ternyata 'mereka tersebut dididik di surau atau lalok di surau belajar mengaji dan bersilat'.
Di latar belakangi keingintahuan dan penasaran tentang silat tersebut, akhirnya Jamilus menjadikan silat Minangkabau yang masih memiliki ciri tradisional tersebut sebagai objek disertasinya Program Doktor Falsafah pada Fakulti Sosial Sains dan Kemanusian di Universiti Kebangsaan Malaysia. Dia tertantang untuk mempelajari gerakan silat/silat fisik dan silat bathin di Agam dan di Lima Puluh Kota selama lebih dari 1,5 tahun. Bagaimana seorang pesilat membuka dirinya untuk diserang dan mempersiapkan penyelesaiannya dengan baik.
Jamilus berkesimpulan, silat itu konsep berfikir orang Minangkabau. Lihatlah orang Minangkabau ketika menghadapi masalah. Sikap terbuka untuk diserang orang, tapi dia sendiri yang menentuka arah serangan tersebut supaya dapat diselesaikan tanpa harus bertengkar. Contohnya, setiap situasi politik memanas di Indonesia, namun mereka tidak membuat keributan, Justru didaerah lain, dengan situasi demikian, mereka sampai adu kekuatan. Artinya silat Minangkabau bukan untuk adu kekuatan, namun justru menghindari pertengkaran
Ketika ditanya tantang sejarah silat Minangkabau, Jamilus menjelaskan silat hampir sama dengan Tambo yang tiada tahun terbit dan pembuatnya. Dia memuat dan mengandung arahan bagaimana seharusnya orang Minang berprilaku sesama manusia, alam dan tuhan. Yang bahasa ringkasnya dilahia mancari kawan, dibathin mancari tuhan, atau alam takambang jadi guru. Sedangkan pada silat bagaimana manangkap, tanai, dan selesaikan. Ketika diminta penjelasan tentang tiga istilah tersebut Jamilus enggan memberikan ulasan, kerana akan ditulisnya khusus pada kesempatan lain. Yang jelas katanya lagi, ada empat macam serangan atau panyakik yang datang, setiap panyakik tersebut ada empat cara penyelesaiannya.
Apabila ingin belajar silat akan ditemui istilah bungo-bungo silek, silek sabana silek, pacakak-an dan pambunuhan. Kesemuanya itu mempunyai prinsip belajar secara individual. Waktu belajar pada malam hari, dan setiap silek harus diputih dengan cara berbada setiap nama silat dan sesuai pula dengan karakter calon murid yang akan diputuihi. Menurutnya silat yang demikian memang mendekati kepunahan disebabkan beberapa factor.
“Seharusnya jika ingin melestarikan silat, perhatikan kehidupan ikan (alam takambang jadi guru). Semua ikan hidup dalam air, tapi tidak semua ikan dapat hidup dia air yang sama. Seperti ikan gurami (kaluih) hidup di air yang tenang, ikan nila hidup di air mengalir deras, ikan limbek hidup di air yang kotor. Habitat yang demikian menjadikan mereka berkembang dengan sempurna. Artiya apabila ingin silat hidup dan berkembang dengan baik peliharalah habitatnya, dengan sendirinya silat tersebut akan lestari”, kata Jamilus, dosen Seni Rupa FBS Universitas Negeri Padang.
Kepada Singgalang, iapun menceritakan perjuangannya menjadi seorang dosen. “Sebagai anak  miskin dari kampong, berjuang dan hidup sendirian demi mencapai keberhasilan,” ucapnya. Setamat Sekolah Rakyat, melanjutkan PGA 4 tahun setingkat SMP di Agam, dilanjutkan PGA 6 tahun setara SMA di Padang. Setelah itu secara kebetulan bertemu dengan orang sekampung menyuruhnya masuk ke IKIP Padang jurusan Seni Rupa.
Demi hidup biaya sekolah, jamilus pun bekerja berbagai kegiatan hingga membuka usaha menjahit. Lebih dari enam tahun tidak pernah menyewa rumah, dengan cara menumpang di rumah teman, diatas bus sekolah atau dimanapun memungkinkan asal sekolah tidak absen. Yang akhirnya tahun 1979 diangkat menjadi asisten dosen dengan gelar sarjana muda (BA).
"Saya dahulu sekamar atau setempat tinggal dengan Doktor Romeo Rissal (mantan Kepala BI di Padang) dan Prof. Ismet Fanany (Dosen di Australia) yang hidup sama-sama susah. Yang penting apabila usaha sudah dimulai itu harus diselesaikan tanpa menentukan target penyelesaian. Ternyata itu membawa keberhasilan," kenangnya.
Saat ini Jamilus mempunyai seorang perempuan bernama Irna Tuti sebagai isteri dengan tiga orang anak laki-laki. Yang tua bernama Rahmad Perkasa alumni Sastra Indonesia Unand, kedua Rahmad Hari Mulya alumni Seni Rupa UNP, dan kecil benama Rahmad Agung Pribadi lulusan Sendratarik UNP. Secara bersama mereka membuka usaha dan jasa, diantaranya jasa Dekorasi, baliho, spanduk dan sejenisnya bernama ‘Printang studio’. Disamping itu Jasa Video shootong, Foto, dan Game online bernama “deYAGI”, serta beberapa usaha lainnya. Oleh karena putranya sudah berkeluarga, maka setiap merekapun membuka usaha masing-masing, seperti “decha Herbal” di Jalan Padang Pariaman Siteba dan Jalan Prof, Hamka Tabing. Begiitupun di Payakumbuh. (*)




Post a Comment for "JAMILUS"