Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

IRENE TAYLOR BRODSKY

Sang Sutradara Tangguh

Lenggogeni 
Wartawan Madya 

Ramah dan bersahaja.  Begitulah kesan pertama ketika bertemu dengan sang sutradara dokumenter peraih nominasi Oscar yang tangguh dari Amerika Serikat, Irene Taylor Brodsky. 

Pertemuan tersebut berlangsung 23 April lalu di American Corner Universitas Andalas. Kala itu, Irene begitu sapaan akrabnya menjadi narasumber dalam kegiatan American Film Showcase (AFS). 

Ia bersama Leah Mahan 'diboyong' Kedutaan Amerika Serikat di Indonesia untuk berbagi pengalaman dengan mahasiswa yang tergabungdalam komunitas anak-anak pecinta film. Keduanya baru pertama kali menginjakkan kaki di Indonesia.

Irene merupakan sutradara pemenang penghargaan Emmy pada 2004 dan 2012. Ia juga pernah menjadi nomine Oscar pada 2009 berkat karya dokumenternya, The Final Inch. Selain sebagai sutradara, wanita yang disapa Irene ini juga seorang produser, penulis dan sinematografi.

"Saya dan Leah Mahan sudah memilih beberapa film yang akan kami tunjukkan. Menurut saya, cerita film-film ini akan sangat relevan dengan apa yang terjadi di Indonesia," ujar Irene. 

Sementara itu, Leah Mahan, sutradara film dokumenter Come Hell or High Water : The Battle for Turkey Creek yang ia buat selama 12 tahun. Ia telah mendapatkankan nominasi sebagai Outstanding Directorial Achievement oleh Directors Guild of America. 

"Saya mengajarkan mereka cara pembuatan film dokumenter. Tata cara pengambilan angle yang bagus dalam sebuah film dokumenter," jelasnya.

Dalam pertemuan tersebut, ia menceritakan ketertarikannya  terhadap dunia film. "Saya menyukai fotografer, menulis dan mengetahui dan memperoleh informasi baru," cerita Irene sang sutradara cantik, lulusan New York University dan Columbia University Graduate School of Journalism. Dia mengatakan dirinya suka bercerita, akurat, kreatif dan dengan integritas. 

"Sebagai seorang fotografer masih. Aku dibesarkan dengan kamar gelap dan selalu berpikir saya akan berkeliaran dunia dengan kamera satu hari. Ternyata, buku pertama saya dari foto-foto yang dipimpin
untuk sebuah film dokumenter pada topik yang sama. Tentang kehidupan anak-anak tuna rungu yang tinggal di pegunungan Himalaya. Setelah itu, aku ketagihan," ceritanya mengenang masa lalu. 

Di Amerika Serikat, pembuat film dokumenter merupakan bagian dari seorang jurnalis. Ia pertama kali membuat film dokumenter pada 1993 tentang anak-anak tidak bisa mendengar di Nepal. "Film tersebut hanya diputar untuk negara-negara yang tergabung dalam PBB," katanya. Ketika anak anak melihat hasil karyanya. Melihat kaca. Ketawa lihat sendiri ada muncul dalam televisi. 


Kini, Irene dikenal sutradara Emmy dan Peabody Award yang dokumenter telah menunjukkan teatrikal, di festival film dan televisi di seluruh dunia. Dia didirikan Vermilion pada tahun 2004 setelah pindah dari New York City ke Portland.

Irene yang baru saja menyelesaikan One Last Hug: Three Days at Grief Camp, sebuah film pendek menjelajahi bagaimana anak-anak berduka. Ini memenangkan 2014 Emmy untuk Program Terbaik Childrens dan didistribusikan oleh HBO. Pada tahun 2011, dia mengarahkan Tabungan Pelican 895 untuk HBO, yang juga memenangkan Emmy untuk skor musik yang mempengaruhi dan mengikuti kehidupan burung tunggal diselamatkan dari 2010 Teluk Tumpahan Minyak. 

Untuk tahun 2009 film pendek-subjek nya The Final Inch, Irene dinominasikan untuk Academy Award 2009, tiga Emmy, dan memenangkan Dokumenter Asosiasi Internasional Pare Lorentz Award untuk keunggulan sinematik. 

Pada tahun 2007, Irene ternyata kamera pada keluarganya sendiri untuk membuat Dengarlah pertamanya film dokumenter panjang dan Sekarang, yang memenangkan Sundance Film Festival Audience Award, dan melanjutkan untuk menerima berbagai Pemirsa dan Juri penghargaan di seluruh dunia. Kemudian ia meraih Peabody Award, dan nominasi untuk Dokumenter of the Year oleh Produser Guild of America, pada 2008. 

Sebelum datang ke Portland, Irene, Produser untuk CBS News Sunday Morning. Dia memenangkan 2004 Emmy Award untuk potret nya arsitek Samuel Mockbee dan warisannya di Alabama pedesaan. Sementara dengan CBS, dia mengarahkan cakupan mendalam dari topik mulai dari musik Amerika Bluegrass, poligami, tuli dan neuroscience.

Gairah Irene untuk dokumenter potret mulai sebagai fotografer masih dengan buku tengara nya, Buddha in Disguise, tentang orang-orang cacat yang tinggal di pegunungan Nepal. Dia melanjutkan untuk membuat film pertamanya untuk UNICEF pada tahun 1993, dan terus bekerja rajin dengan LSM, dan seluruh 90 diproduksi banyak memenangkan penghargaan dokumenter televisi HBO, A & E, The History Channel dan Fox. Dia adalah pendiri Vermilion Film. (*)

Post a Comment for "IRENE TAYLOR BRODSKY "