KATHRYN CORCKART : Support Keluarga, Mampu Motivasinya Sebagai Wanita Tangguh
![]() |
Kathryn Corckart dengan Penulis. (*) |
“Selama hampir dua tahun saya ditempatkan di sini, banyak sekali pengalaman luar biasa. Bertemu dengan banyak kaum muda, lalu menjalin kerjasama melalui pertukaran pelajar dengan mereka. Mulai dari Aceh, Medan, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Lampung, Jambi, Bengkulu, Riau, Kepulauan Riau hingga Bangka Belitung.
Sehingga mampu menstimulasi saya secara intelektual dan profesional. Saya bangga mewakili negara saya di Indonesia,” ucap Kathryn yang kagum dengan keanekaragaman kebudayaan, suku bangsa,bahasa hingga kulinernya. Hal itulah yang membuat Kathryn bersama keluarga betah mengemban tugas di wilayah Sumatra.
Sang suami Mike bersama kedua buah cinta mereka, Susannah dan Rachel selalu mendampingi kemana pun sang bunda ditempatkan. Bahkan kedua buah hati mereka tersebut lahir dua negara yang berbeda. Susannah lahir di Jerman, dua setengah tahun lalu, sedangkan Rachel lahir di Inggris sembilan bulan yang lalu. Tapi keduanya dibesarkan di Indonesia.
“Kami keluarga global,” kata Kathryn dengan bangga kembali menceritakan kalau sang putri sulungnya sudah mampu beradaptasi dengan kebiasaan anak-anak balita di Indonesia. Salah satunya, kebiasaan Susannah adalah mengompeng.
"Biasanya kalau malam hari mau tidur meminta ompengnya dan berkata dengan dalam bahasa Indonesia, saya mau cucut (ompeng). Begitupula ketika dia sakit. Susannah selalu ngomong ‘saya sakit’ dalam bahasa Indonesia,” cerita Kathryn yang memberikan kebebasan kepada kedua putrinya untuk mengenal dan mempelajari keanekaragaman itu. Sebab, hal itulah yang dilakukan kedua orangtuanya, Ed dan Becky dalam memberikan pendidikan kepada Kathryn.
Mereka memberikan kebebasan kepadanya untuk mengekspolarasi diri sebebas mungkin, tapi bertanggung jawab dengan segala konskuensinya. Dia dibesarkan di North Carolina, salah satu negara bagian di Amerika Serikat. Kathryn merupakan lulusan kehormatan dari University of North Carolina di Chapel Hill, dengan gelar jurnalisme dan studi internasional. Sebelum berkarir di Kementerian Luar Negeri AS, Kathryn pernah menjadi seorang jurnalis tangguh di koran kampusnya. Kemudian ia melanjutkan karirnya sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil.
“Awalnya orangtua saya takut dengan tugas yang diemankan kepada saya. Di mana harus bersedia ditempatkan di negara manapun di dunia, hingga ke lokasi yang jauh letaknya seperti di Afrika maupun di Asia.
Tapi saya memberikan penjelasan dan mengajak untuk mengunjungi negara pertama saya ditugaskan, yakni Jerman. Alhasil, sepulang dari kunjungan tersebut, kedua mata orangtua saya terbuka lebar dan menceritakan pengalamannya ke luar negeri kepada orang-orang di sekitar rumah kami. Sekarang mereka menanti-nantikan kunjungan berikutnya ke negara mana lagi saya ditugaskan,” ucap Kathryn yang selalu mengajak orangtua untuk berkunjung ke setiap negara di mana dia ditempatkan sebagai perwakilan Amerika Serikat.
Pada tahun 2000-2001 dia berkerja untuk memerangi penipuan visa AS di Frankfurt, Jerman. Kemudian, ditugaskan di Belize City, Belize pada tahun 2002 hingga 2004. Selama tugas disana, Kathryn berhasil dalam operasi visa Kedutaan AS dan memberi saran pada Duta Besar dalam urusan politik.
Pada tahun 2005-2008 dia menjabat sebagai atase pers dan juru bicara kedutaan AS di Kuala Lumpur, Malaysia. Menjabat sebagai Chief Public Affairs di Konsulat Jendral AS di Munich Jerman pada 2008 hingga 2011.
Lalu ditempatkan di Medan hingga sekarang. Dia dapat berbahasa Indonesia, Jerman, Melayu dan Perancis. Walaupun ditengah kesibukannya tersebut, Kathryn tetap merupakan seorang istri dan ibu bagi kedua putrinya. Diakuinya tugas dan kepercayaan yang diberikan pemerintah AS kepadanya mengharuskannya untuk bepergian ke wilayah tugasnya di beberapa provinsi di Sumatra. Ia menikmati travelling namun di sisi lain hal tersebut tersebut membuatnya jauh dari kedua buah hatinya. Terutama saat ini dimana umur putri kecilnya, Rachel masih sembilan bulan.
"Saya memutuskan untuk menyusui Rachel secara ekslusif, karena nilai gizi dari ASI tersebut cukup tinggi bagi perkembangannya ke depan,” ucap Kathryn yang mencoba mengatur jadwal kunjungan dinasnya tidak lebih dari dua hari sehingga tidak terlalu lama meninggalkan Rachel yang masih menyusui. Menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga merupakan tantangan yang harus dihadapinya.
Ia percaya seseorang dapat menjalankan kedua peran tersebut dengan baik, terutama bila didukung oleh keluarga dan tempat kerja. Beruntung dia memiliki seorang suami yang mengerti tentang profesinya.
Bahkan, Mike selalu memberikan dukungan dan kepercayaan sepenuhnya kepada Kathryn. Baginya menjadi seorang ibu dan istri adalah anugerah yang luar biasa. Apalagi, ketika seorang istri mampu menyelaraskan antara tugas sebagai istri, ibu hingga wanita karir.
"Saya termasuk wanita yang beruntung memiliki suami yang pengertian dengan pekerjaan ini. Karena kami berdua samasama meniti karir, maka kami mencoba untuk saling mendukung dan memahami untuk dapat mengerjakan pekerjaan masing-masing dan membagi waktu dengan baik, dengan keluarga sebagai prioritas,” ucap Kathryn dengan memberikan pujian pada sang suami.
Nah, kepada kaum wanita, Kathryn memberikan nasehat untuk pintar-pintar memilih prioritas. Terkadang yang dipilih pekerjaan ataupun keluarga. Semua itu, tergantung kesepakatan dengan pasangan hidup. Sebagai seorang wanita tentu ingin menjadi kebanggaan bagi keluarga atau pun anak-anak mereka. Tapi, dukungan dan pengertian dari sang suami lah yang harus diperoleh bagi seorang wanita karir. Otomatis karir dan keluarga bisa berjalan maksimal. Berkat dukungan dari keluarga tersebutlah, Kathryn mampu mengemban tugas selama 14 tahun sebagai diplomat Pemerintah AS di Jerman, Belize, Malaysia dan Indonesia. (lenggogeni)
Post a Comment for "KATHRYN CORCKART : Support Keluarga, Mampu Motivasinya Sebagai Wanita Tangguh"
Silahkan Tinggalkan Komentar Yach..Thanks..
Post a Comment