Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

SYAMSIR FIRDAUS : Foto itu Selera dan Seni

  
Syamsir Firdaus (Mbol)
   PRIA 
bertubuh tambun itu bernama lengkap Syamsir Firdaus. Teman-temannya selalu memanggilnya bol Daus. Kesehariannya pria berkulit putih itu, sebagai Dosen Ilmu Hukum di STIH Lubuk Sikaping. Semenjak 2006 lalu dia memiliki kegemaran mengeluti dunia photography.  
  Walau saat itu masih hanya hobby biasa, dan saya selalu mengabadikan moment-moment atau dokumentasi kegiatan kampus Universitas Bung Bung Hatta dengan segala kegiatannya,” ucap jebolan Fakultas Hukum, UBH ini yang kini tergabung dalam Komunitas Foto The Patiakers.
  Kepada Singgalang dia menceritakan kegemarannya itu tambah mengebu di 2008. Itu karena keseringan ngumpulngumpul di Kampus Universitas Bung Hatta. Diantara teman-teman mereka kebetulan ada yang dikenal dengan Kurniawan Mas’ud, Iggoy El Fitra dan Ervan Nanggalo. Mereka semua adalah fotografer handal Sumbar. Lebih tertarik lagi dengan dunia foto, saat Kepala Humas Universitas Bung Hatta Indrawadi S.Pi mengizinkan atau merekomendasikan untuk pembelian sebuah kamera DSLR.
   "Wahhhhhhhh saya makin semangat foto-foto, walau masih suka mengabadikan kegiatan kampus. Begitupula hubungan dengan rekan-rekan photography semakin dekat, hingga mereka membentuk sebuah Komunitas The Patiakers,” ucapnya.
     Kemudian Mbol Daus menceritakan awal mula bergabung dengan Patiakers, karena dengan kumpul-kumpul bareng rekan-rekan Patiakers, diajak kenalan dengan semuanya yang kala itu masih 9 orang (sekarang 38). Dan diangkat sebagai anggota sejak November 2008. Alhamdullilah sekarang dia dipercaya sebagai Ketua The Patiakers.
   Artinya, Mbol Daus sekarang sudah bisa berkomentar tentang foto. Kepada Singgalang, dia menyampaikan pendapat mengenai foto. “Semua foto itu indah dan punya nilai yang berbeda, bedanya sebuah nilai itu ada pada pandangan kita terhadap foto itu,” jelas Daus yang sampai saat ini masih harus banyak belajar tentang dunia foto. Disamping itu, dia juga merasa bangga dengan hobby ini.
      "Di hobby ini kita semua merasa sama untuk sebuah status dan strata sosial, karena dengan hobby ini kita semua merasa disatukan untuk sebuah karya seni. Tak peduli siapa kita yang penting asyik. Ayukkkk, nikmati hobby ini, karena sesuai motto patiakers, kalau ga happy, bukan hobby namanya,” ucap Mbol Daus yang sejak tahun 2010, sudah bekerja di STIH Lubuk Sikaping Pasaman. Tapi itu semua tidak menyurutkan semangat untuk menjalani hobby ini.
    “Setiap ada kesempatan ataupun hari kosong selalu dimanfaatkan untuk ke Padang berkumpul dengan rekan-rekan The Patiakers maupun pecinta foto lainnya,” ucapnya. Walaupun bukan untuk hunting foto, tapi minimal mereka bisa bertukar fikiran tentang segala bentuk atau macam hal tentang foto, sharing foto.
    “Dengan suasana yang santai dan keakraban akan lebih terasa bobotnya dan nilainya,” ucap Mbol Daus yang prihatin dengan kondisi sekarang. Dimana yang memakai kamera DSLR itu banyak sekali. Ironisnya, kamera tersebut kadang hanya untuk gaya-gayaan atau sebuah gengsi. Karena terus terang dengan kamera DSLR itu kita lebih terlihat keren apalagi dengan lensa panjang dan gede."Tapi sebenarnya tidak, kita harus mengenal dulu untuk apa kamera DSLR itu dibeli atau dipakai? dan bagaimana penggunaannya? Itu yang terpenting,” tegas Mbol Daus. Lebih lanjut dikatakannya, kalau hanya sekedar pakai biasa dan selalu di menu Auto, mending pakai kemera poket atau kamera kecil lainnya yang lebih hemat.
    “Karena apa? Bagiku sebenarnya kita ngak perlu menunjukkan gengsi kita dengan sebuah kamera mahal, tapi ngak tahu cara menggunakannya, atau ngak tahu bagaimana mengambil sebuah moment foto,” nasehat Mbol Daus.
    Sama halnya sebagian masyarakat disaat membutuhkan jasa photograper untuk sebuah moment spesial, seperti pernikahan/perkawinan, masyarakat pengen foto bagus. Sayangnya mereka ndak mau bayar lebih atas kinerja photograper dalam menghasilkan karya mereka. Malahan mereka berkata, ah masa foto segitu saja mahal.
    Dia sungguh menyayangkan sikap demikian, yang sebenarnya masyarakat tidak tau, bahwa yang benar-benar photograper itu bukan sekedar menjual foto, tapi yang mahal itu adalah skill dan kemampuan mereka untuk membuat indah dan bagus sebuah hasil foto itu.
    “Jikalau bicara memoto, semua orang bisa melakukannya. Mau pakai kamera mahal atau murah, kamera HP, atau lainnya. Tapi membuat foto indah itu susah. Kita harus selalu belajarbanyak dan senantiasa mampu mengenal aliran atau arah mana sebenarnya kita ini untuk sebuah aliran foto, landscape, HI/potrait, fashion/model atau apa?,” ucapnya. Ditambahkannya, setelah tahu, yach tekuni dan perbanyak ilmu tentang itu, baru bisa menghasilkan sebuah nilai seni dalam sebuah hasil foto itu.
    “Mengenai bagaimana menilai foto itu bagus atau ngak? Itu sebenanrnya sebuah selera, kita semua mempunyai penilaian dan selera yang berbeda, termasuk menilai sebuah foto. Jadi ngak ada istilah foto itu jelek atau ngak bagus kecuali, hangus, ngak keliatan, goyang/shacking, misfocus,” jelasnya.
      Jadi, untuk sebuah hobby, khususnya photography intinya adalah bagaimana kita mengenal diri kita, dan kegemaran kita apa? Tekuni itu, perdalam semua tentang hobby kita itu, agar bisa menghasilkan sebuah karya yang indah dan bisa dinikmati kapan saja. (Lenggogeni - Harian Singgalang, 18 November 2012)

Post a Comment for "SYAMSIR FIRDAUS : Foto itu Selera dan Seni"