Hindari Banjir, Padang Harus Cepat Tanggap
![]() |
Isril Berd |
“So, jangan rusak hutan. Rawatlah hutan, lakukan penghijauan, agar mereka tidak mengamuk akibat ulah kita sendiri. Sebab kita semua yang menanggungnya akibatnya,” nasihat Harry yang rumahnya menjadi lang ganan banjir. Sebagai orang awam, Harry menyayangkan tindakan segelintir orang menggangu ekosistem hutan. Sehingga, berdampak terhadap kerusakan lingkungan. Apabila lingkungan sudah rusak, maka bencana datang secara tak diundang.
Lihat sajalah banjir yang melanda Padang di tahun lalu. Gara-gara hujan yang tak kunjung berhenti Sabtu (28/12) sore hingga Minggu malam (29/12), mengakibatkan banjir di mana-mana. Air hujan merendam sejumlah kawasan. Belum lagi banjir bandang yang terjadi dikawasan Limau Manis hingga meluapnya Sungai Timbalun. Ratusan rumah warga terendam banjir.
Menurut Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Hendry, ada beberapa kawasan yang menjadi langganan banjir. Di Koto Tangah, ada kawasan Pasia nan Tigo Kelurahan Padang Sarai, Parupuk Tabing, Lubuk Buaya dan Dodok Tunggul Hitam. “Penyebab banjir di kawasan Koto Tangah, tempat pembuangan sungainya yang terlalu kecil serta daerah tersebut rendah. Hujan sebentar, banjir tak dapat dielakkan,” ucapnya.
Kemudian, kawasan Lolong Belanti, Ulak Karang Utara dan Selatan serta Air Tawar Barat yang berada di kecamatan Padang Utara juga tak luput dari langganan banjir. Sedangkan di Padang Selatan, kawasan Seberang Palinggam dan Pasa Gadang pun tak luput dari landa banjir.
Lima daerah di kawasan selatan Padang juga menjadi langganan banjir. Hujan sebentar saja, Kelurahan Olo, Berok Nipah, Belakang Tangsi, Flamboyan dan Ujung Gurun tergenang air hujan. Tak hanya itu, jika hujan sehari semalam saja hujan, jalan di kawasan protokol pun digenangi air. “Kalaupun hujan sudah reda, genangan air tersebut pun akan surut satu atau dua jam,” ucapnya.
Walaupun genangan airnya cepat surut, perlu diwaspadai penyebab air mengenangi jalan protokol tersebut. Jika tidak ditanggulangi secara cepat, maka aktivitas warga bisa terganggu, kemacetan pun tak bisa dihindari.“Penyebab banjir di kawasan protokol adalah berkurangnya daerah resapan air dan drainase yang tidak memadai,” jelasnya.
Belum lagi, persoalan dugaan aktivitas penebangan kayu secara liar, terutama di kawasan bukit sekitar lokasi hulu sungai. Menurut data Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat, kawasan hutan di Padang banyak yang gundul.
Sementara itu, dari data Kehutanan Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan (Dispernakhutbun) pada 2012, kerusakan hutan sudah lebih 20 persen dari luas yang ada dan kebanyakan mengalami degradasi yang merupakan akibat pembalakan liar. Kondisi tersebut tersebar di enam kecamatan, yakni Pauh, Kototangah, Lubukkilangan, Lubukbegalung, dan Bungus Teluk Kabung.
Sementara itu, menurut catatan Walhi Sumbar, dari 65 persen kawasan hutan lindung dan kawasan konservasi di Sumbar, 50 persen di antaranya sudah habis dibabat oleh pembalak liar, sisanya digunakan untuk lahan pertanian masyarakat dan membukanya dengan jalan dibakar. Jika hutan sudah rusak, keberadaannya sebagai pengatur dan penyerap air hujan yang turun, tidak mampu berfungsi maksimal.
“Itu akibatnya kalau hutan sudah rusak,” tegas Ketua Forum DAS (Daerah Aliran Sungai) Padang, Prof. Isril Berd kepada Singgalang. Terkait persoalan ini, sang Profesor Isril Berd tak henti-hentinya memberikan masukan kepada pemerintah. “Lakukan penghijauan, normalisasi sungai, waduk, biopori hingga perbaikan drainase,” jelasnya.
Terkait persoalan ini, Guru Besar Universitas Andalas itu tak henti-hentinya melontarkan kritikan pedas. Menurut Isril Berd, Padang memiliki beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS). Namun, lima DAS berada dalam kondisi memprihatinkan. Hal itulah menjadi satu pemicu banjir dan banjir ban dang beberapa waktu lalu.
Ditambah pula cuaca ekstrim, pemanasan global turut memperparah kondisi. Sehingga, intensitas hujan semakin tinggi. Apabila hutan sudah gundul ditambah intensitas hujan semakin tinggi, daerah aliran sungai rusak, resapan air pun berkurang. Sehingga, bencana banjir tak dapat dielakkan.
“Lihat saja, sekitar 30 kawasan hutan di Padang sudah menjadi kawasan pemukiman. Dan sekitar 15 persen kawasan hutan ini merupakan kawasan rawan banjir,” tegas Isril Berd yang juga pemerhati longsor dan banjir.
Menurutnya, ada enam masalah serius yang dihadapi Padang saat ini, masing-masing alih fungsi kawasan lingkungan, degradasi hutan dan lahan, meningkatnya lahan kritis, kerusakan sumber air, krisis air,dan banjir serta kekeringan.
Terkait persolan itu, Isril Berd sangat nyinyir dan mambana agar pemerintah kota memperbaiki saluran air di daerah permungkiman warga. Kalau perlu membangun 5-10 unit waduk penampungan air di beberapa titik banjir.
“Pembangunan waduk tersebut penting sekali, karena letak dan posisi pusat kota terbilang datar, ditambahlagi saluran drain ase terbatas. Otomatis tidak mampu mengimbangi kelebihanair yang datang dari hilir hilir sungai,” tegas Isril Berd.Selain itu, kata dosen Universitas Andalas ini, daerah Padang juga dikelilingi perbukitan setiap 5-10 KM.
Dari perbukitan tersebut banyak ditemukan hulu-hulu sungai seperti, Batang air dingin, Arau, Kandis dan Kuranji, tentunya akan mempercepat lajunya air ke daerah hilir atau muara.“Dari air yang tertampung di hulu-hulu sungai dan Daerah Aliran Sungai tersebut sangat cepat meluncur ke Kota Padang daerah permungkiman. Karena intensitas hujan cukup tinggi, mengakibatkan debit air sungguh besar sekali,” ungkapnya.
Kenyataannya, Padang tidak mampu mengimbangi kelebihan air yang datang dari hilir-hilir sungai. Ditambah lagi, di dalam kota ada hujan, tentu menambah gelombang gelombang air. Kalaupun ada pasang dari laut tentu akan menambah parah suasana banjir. Isril meminta agar pemerintah kota lebih kreatif dalam penangganan masalah banjir melanda itu.
“Banjir tersebut disebabkan frekuensi dan intensitas hujan cukup tinggi. Banyaknya lahan kita banyak yang sudah rusak dan kritis, terutama di hulu-hulu sungai. Ditambah lagi, saluran drain ase di daerah permukiman dan terutama dan kota kurang bagus dan baik,” jelas Isril Berd.
Apalagi, dengan jumlah drain ase yang sudah tua dan kurang, tidak mampu tidak mampu menahan melayani kapasitas kelebihan air, karena meluapnya dan tingginya intensitas air. “Jika padang tidak cepat tanggap, tunggu saja tanggal mainnya banjir yang melanda kota padang lebih dahsyat dari banjir yang terjadi di Jakarta,” tegas Isril Berd. (lenggogeni)
Post a Comment for "Hindari Banjir, Padang Harus Cepat Tanggap "
Silahkan Tinggalkan Komentar Yach..Thanks..
Post a Comment