TAHUN ini merupakan Ramadhan ke-5 kali setelah kepergian Juni. Selama lima tahun lamanya, Leony tak melaksanakan puasa, sholat maupun mengaji. Leony merupakan putri tunggal dari pasangan Rosma dan Andi. Putri manja yang patah hati akibat ditinggal pemuda bernama Juni Saputra. Juni Saputra merupakan sosok yang religi. Mampu memberikan perubahan berarti bagi Leony.
Leony gadis SMA yang bergelimang harta. Doyan pergi dari satu klub ke klub malam lainnya. Hura-hura sana sini bersama teman-temanya yang dari kasta borjouis. Hunting plus shopping merek baju branded. Keluaran perancangan terkenal dari Paris dan Prancis. Makan siang di Singapura, makan malam di hotel berbintang. Seperti dunia ada dalam genggamannya. Leony yang dulu gadis korban metropolitan ibu kota, berubah menjadi dara manis yang berhijab. Semenjak mengenal Juni, Leony belajar banyak tentang agama, ia bisa berobah 360 derajat.
***
Gubrak...semua bungkusan Leony jatuh berserakan ke tanah. Baju paling mahal masuk lumpur. Basah semuanya. "Waduh, Anda bisa melihat ndak. Pakai mata dong. Kalau jalan jangan pakai kaki doang." hardik Leony pertama kali bertemu dengan Juni.
"Maaf mbak, saya tidak sengaja. Saya lagi buru-buru mau ke rumah sakit." jawabnya. Leony langsung naik pitam. Ia langsung mengambil baju basah tersebut dan melemparnya ke wajah pemuda itu. Pemuda itu hanya diam dan pasrah. Tubuhnya mengigil. Lalu ia jatuh di hadapan Leony. Leony langsung panik.
"Mas, mas. Jangan pura-pura dong. Saya panik nich. Mas bangun dong." ucap Leony sambil mengoyangkan tubuh pemuda yang dihardiknya tadi.
"Waduh gimana nich. Tolong-tolong..." Leony langsung panik. Pemuda yang sedari tadi melihat pertengkarannya langsung menolong.
"Tolong masukan ke dalam mobil saya. Saya mohon pak, ada salah satu diantara kalian yang ikut mengantarkan pemuda ini ke rumah sakit." pinta Leony.
***
"Saya dimana?" tanya Juni.
"Anda di Rumah Sakit Harapan Kita." jawab Leony.
"Kenalkan nama saya, Leony Mischa." katanya serambi menyodorkan tangannya.
"Saya Juni Saputra."
"Anda tadi pingsan di depan saya. Lalu saya meminta warga memboyong Anda ke Rumah Sakit." kata Leony melihat seorang bapak tua membantunya memopong tadi.
"Saya bisa pinjam telepon seluler Anda." tanya Juni.
"Boleh."
"Nak, saya pamit dulu." kata bapak yang menemani Leony hingga rumah sakit.
"Tunggu pak." Leony mengeluarkan lima lembar uang berwarna merah.
"Terima kasih." kata bapak menolak dan berlalu pergi.
***
"Juni. Juni. Mami kan sudah bilang. Jangan keluar rumah sendirian. Bawa sopir. Berbahaya sendiri." hardik ibunya sambil memeluk putranya.
"Mami. Malu dong sama Leony." Juni melepaskan pelukan dari ibunya dan memperkenalkannya Leony.
"Mami. kenalkan perempuan cantik itu Leony Mischa. Dia yang mengantarkan saya ke rumah sakit."
"Terima kasih ya nak. Saya ibunya Juni, Marry Dickson."
Dengan berbisik Marry berkata. "Jun, kamu masih belum berubah, nak? Masih seperti dulu kah."
"Tidak Mam. Saya sudah berubah. Bukan Juni yang dulu lagi."
"Maaf tante saya pergi pulang dulu yach."
"Oh iya nak, besok kamu mampir ke sini yach. Mam, buatin masakkan kesukaan kamu nanti."
"Okay tante."
Leony berlalu. Namun, ada seribu pertanyaan dibenaknya. Ibunya Juni seorang bule. Tapi mengenakan hijab. Kenapa yach. Leony jadi pernasaran.
***
"Leony. Kita nangkring yuk, sehabis pulang sekolah. Club M2M lagi tawarkan promo sale hingga 50 persen loh. Dugem yuk nanti malam." ajak Mimi.
"Ogah ah. Gue mau di rumah aja nanti. Capek."
"Loe ndak gaul. Ngapain tidur di rumah?" ledek Ira.
"Mim, kalau gue pakai hijab, pasti cantik yach." tanya Leony.
"Ah..loe mau gaya kampungan. Kesamber gledek yach kamu."
"Ndak kok. Gue ndak ada yang sambar. Tapi gue lihat, wanita berhijab cantik-cantik dan teduh jika memandangnya." Leony mencoba menjelaskan.
"Ogah aaah. Malas kita bergaul sama kamu." Mimi menarik tangan Ira kemudian berlalu dari hadapan Leony.
"Oooi. Kalian ini, gue ditinggal."
***
"Selamat sore." Leony mengetuk pintu kamar 016.
"Wa alaikum salam, nak." jawab Mam Marry Dickson.
"Ops maaf Tante. Tante membaca apa barusan?" tanya Leony.
"Salam anakku. Maaf kamu muslim?"
"Muslim tante. Tapi saya ndak pernah mendengar kedua orangtua saya mengucapkan itu setiap masuk rumah. Begitupula teman-teman saya." jawab Leony dengan lugu.
Mam Marry Dickson langsung merangkul Leony, mengajak sertanya pergi meninggalkan ruangan.
"Maaf tante terpaksa membawa kamu ke luar ruangan, karena Juni sedang tidur."
"Ndak apa-apa tante."
"Leony. Tante boleh tanya ndak."
"Boleh tante. Tante bertanya apa?"
"Kamu di sini tinggal dengan siapa? Orangtua kamu pekerjaan nya apa?"
"Saya tinggal bersama kedua orangtua. Tapi mereka sibuk. Pergi subuh, pulang larut malam. Kalau sudah ngumpul kerjaan mereka bertengkar. Papi punya 10 perusahaan di Jakarta, Singgapura, Hongkong dan Australia. Mami juga punya usaha butik sendiri. Tersebar di seluruh Indonesia. Saya anak tunggal tante. Jadi saya di rumah sering bersama pembantu saja. Apapun keperluan saya dikabulkan mereka."
"Apa kamu tidak kesepian?"
"Sepi. Ndak tante. Saya punya banyak teman. Mereka menemani saya shopping, malam hari main ke klub. Kami ada jadwal sendiri. Hura-hura gitu tante." jawab Leony polos.
"Ya ampun." jawab Mami Juni.
"Berarti kamu sudah kenal dunia malam? Pernah pakai obat-obatan terlarang? Free sex?"
"Kalau dunia malam memang saya sudah kenal. Kalau nge drug, pernah sekali. Saya jatuh sakit, dinasehati sama bibi agar tidak mengunakan barang haram itu. Begitu juga kalau free sex, juga dilarang bibi. Akibatnya saya bisa hamil di luar nikah." jawaban Leony begitu polos. Leony sangat patuh dengan petuah bibi. Ia lebih mendengarkan nasehat bibinya daripada maminya. Bibilah yang merawatnya sedari bayi hingga dewasa. Segala keperluaannya bibi menyiapkan semuanya.
"Alhamdullilah." Mereka masuk ke ruangan Juni.
"Eee, Assalamualaikum Leony. Apakabar." Leony hanya terdiam. Sambil tersenyum manis. Leony menarik rok mininya ke bawah. Leony malu dengan penampilannya. "Waalaikum salam Juni, gitu jawabnnya." Mami mengajari Leony.
"Waalaikum salam Juni." Leony meniru ucapan tersebut.
Suasana menjadi mencair. Leony betah berlama-lama di rumah sakit. Leony seperti memperoleh keluarga baru. Juni dan mami mampu merobah Leony berserta mami dan papinya. Maminya Leony tidak lagi sibuk mengurus perusahaannya. Melainkan menyerahkan perusahaannya kepada Leony. Begitupula Papi, selalu pulang menjelang sholat magrib. Mereka selalu sholat berjemaah, puasa dan menyatuni anak yatim. Tanggal pernikahan Leony dan Juni bakalan berlangsung. Semua persiapan pesta sudah dipersiapkan. Undanganpun sudah dicetak. Mereka bahagia.
"Leony anakku. Cepat kamu ke rumah sakit. Juni masuk rumah sakit lagi." kata Mami Juni melalui telepon seluler.. Dengan tergesa-gesa, Leony menuju rumah sakit. Hanya mengenakan sandal jepit, Leony menuju lorong-lorong rumah sakit.
"Mami kenapa mas Juni.Mami...mas..mas sadar mas. bangun mas." teriak Leony.
"Sabar anakku."
"Dok, sadarkan mas ku. Dok..tolong." Leony pingsan. Satu jam berselang.
"Mami, mas Juni ndak apa-apa kan."
Mami dan papinya hanya mengeluarkan air mata.
"Mami, papi jawab." Leony berlari ke ruangan Juni. Air mata maminya Juni mengalir dipelukan lelaki yang terasa asing baginya.
"Mami. Mas Juni ndak kenapa-kenapakan?" Leony menarik bahu mami.
"Anakku, yang tabah."
"Tidak..." Leony pingsan lagi.
Kini sudah lima tahun berlalu. Kebiasaan Leony semasa SMA kembali terulang. Bahkan lebih parah lagi. Ia tak segan-segan mengunakan barang haram, tujuannya tak ingin menangis lagi. Ingin melupakan semuanya. Ingin terbebas dari kedukaan. Sholat dan puasa pun tak di kerjakannya lagi.
"Mbak Marry Dickson. Saya sudah ndak kuat lagi. Leony terus saja bertingkah seperti dulu. Kami hampir bangkrut mbak. Saya sudah pasrah. Tak bisa berbuat apa lagi." curhat Mami Leony meneteskan air mata bercerita ke Mami Juni.
"Kamu yang sabar yach. Pasti ada jalan keluarnya." Jhon Saputra yang sedari tadi mendengar pembicaraan tersebut, langsung menghampiri keduanya.
"Maaf mam. Saya menguping pembicaraan. Kemarin saya melihat Leony memandangi Masjid Al Azhar, sambil menangis. Dipakainya hijab, kemudian dibongkarnya. Sambil berkata, Allah begitu kejam ke saya. Saya akan kerjakan apa yang kamu larang. Kebetulan saya sedang mau sholat ke masjid tersebut. Saya menghampiri Leony. Tapi Leony sama sekali tak mengenal saya." Jelas Jhon Saputra.
"Maaf mbak. Ini kakak kandungnya Juni. Dia bekerja di Mesir. Semenjak Juni meninggal dia pulang ke Indonesia. Mereka berdua sangat akrab."
"Trus, bagaimana solusinya mbak."
"Saya punya ide. Setiap waktu sholat zuhur dan ashar, Leony terus memarkir mobilnya didepan masjid. Saya akan temuinya besok."
***
"Maaf. Kamu tidak sholat?" Jhon Saputra berusaha mengajak Leony yang sedari tadi hanya memandangi masjid itu.
"Tidak. Allah begitu kejam sama saya." jawabnya ketus.
"Allah maha adil dan pemurah. Dan tidak kejam. Setiap manusia pasti diuji sesuai dengan kemampuannya. Allah sedang menguji kamu sekarang. Ayo kita sholat. Saya yakin Anda pasti bisa melewatinya. Apapun persoalan kamu. Kalau kamu terus menjauh darinya, tentu hati kamu akan terasa hampa. Coba lah tabah melewati ujian ini."
Leony hanya terdiam. Sambil meneteskan air mata. "Dia kejam telah mengambil calon suamiku. Baru saya aku menengguh indahnya hidup. Malah mengambilnya." Leony keluar dari mobil. Air mata mengalir deras.
"Menanggis lah kamu. Menanggislah sejadinya." Jhon Saputra berusaha merangkulnya. Lalu mengajaknya sholat. Mereka sholat berjemaah.
"Maaf. Saya manusia tak terima kasih. Kenalkan saya Leony. Anda namanya siapa?" Leony mengenalkan namanya.
"Jhon Saputra. Saya sudah tahu kamu. Kamu calon adik ipar saya."
"What."
"Iya. Saya kakaknya Juni Saputra. Dia banyak cerita tentang kamu. Betapa bahagianya dia melihat perubahan dirimu. Tapi kalau dia melihat kamu seperti ini, pasti Juni dialam sana ikut menangis."
"Maafkan saya kakak." Leony menangis.
"Mami, papi. Mam Marry dan kakak Jhon sudah diluar nungguin kita. Ayo kita berangkat."
Raut dan wajah Leony sudah ceria kembali. Leony yang dulu sudah kembali lagi. Dua keluarga tersebut berziarah ke makam Juni dan ayahnya. Kegiatan ini merupakan yang pertama kali dilakukan Leony setelah kepergian Juni.
"Besok kita menjalankan ibadah puasa yach. Kita berbuka bareng di rumah yach."
"So pasti dong. Masakan calon mantu pasti enak." kata Mam Mary Dickson. Leony hanya tersipu diam. Jhon Saputra memegang erat tangan Leony. (meja kecilku)
Post a Comment for " L E O N Y"
Silahkan Tinggalkan Komentar Yach..Thanks..
Post a Comment