Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

FERRY DAUD : Anak Penjual Ikan jadi Desainer Ternama

 

Ferry Daud

     FERRY Daud begitulah dunia fesyen di Indonesia mengenalnya. Kini, anak penjual ikan di Payakumbuh itu, dikenal sebagai desainer ternama di Indonesia. Hasil karyanya yang fokus kebaya modern ini sudah membawanya hingga keliling dunia. "Saya pernah show di Malaysia, Singapura, Dubai, Belanda dan Bangkok," kata Ferry begitu sapaan akrabnya kepada Singgalang.

    Walaupun dengan hasil karyanya yang sudah mendunia tersebut, Ferry merupakan putra asli Payakumbuh. Bagi pemuda yang bernama asli Okperizal, disanalah ia dilahirkan dan dibesarkan kedua orangtuanya, Daud dan Lisna.

    "Sebelumnya, saya hanya pemuda yang mempunyai mimpi mengadu nasib di Ibukota. Capek dengan kehidupan sangat sederhana. Solusinya harus merantau dan mengubahnya di Jakarta," cerita Ferry mengenang perjalanan hidupnya.Pada 1992 berangkatlah Ferry yang sangat muda itu merantau ke ibukota Negara Indonesia. Setiba di Jakarta, Ferry merupakan seorang pemuda kampung yang belum dikenal siapa-siapa. Ia hanya menjadi seorang kuli panggul dengan penghasilan Rp2 ribu perhari. 

    "Setiba di Jakarta saya tidak langsung menjadi seorang desainer. Saya mengawali kehidupan di kota Metropolitan sebagai seorang kuli panggul. Setiap hari saya membawa bahan tekstil gelondongan yang turun dari truk, diangkat ke ruko," cerita Ferry mengenang masa pahitnya.

    Kala itu, bagi Ferry penghasilan sebagai kuli panggul tidak mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. 'Kobaran api semangat' selalu menggebu, ingin sukses dan berhasil.Bermodalkan semangat tersebut, Ferry bergiat mencari pekerjaan yang lain, yakni sebagai penjaga toko tekstil (kain) di Tanah Abang.

  "Memang sebagai kuli panggul tak sanggup saya jalani. Saya mencari pekerjaan lain lagi. Bermodalkan pernah bekerja sebagai penjaga toko kain di Payakumbuh, saya bekerja di Toko Tekstil di kawasan Tanah Abang. Gajinya lumayan tinggi dibandingkan sebagai kuli panggul, yakni Rp6 ribu perhari," kata Ferry.Dengan penghasilan sangat minim Ferry pun memberikan diri untuk ngekos di kawasan pinggiran ibukota.

    Seiring berjalan waktu, Ferry ditawarkan pekerjaan lain oleh aktor ibukota yang kebetulan belanja di toko tekstil tersebut. Tawaran tersebut diterima, Ferry memasukan lamaran di Plaza Indonesia. Lalu, Ferry ditempatkan di Toko Jeane Versace. "Disanalah kehidupan saya turun naik, turun naik. Hingga akhirnya saya menganggur. Di tengah mengalami masa sulit tersebut, ada seorang teman, Hendra menawarkan kerja sama membuka toko," ucap Ferry.Dengan modal dari seorang teman tersebut, Ferry mengontrak toko di Tanah Abang seluas semeter setengah kali dua meter.

   Disanalah Ferry memulai usahanya dengan menjual tekstil. Ironisnya, dagangan yang terletak di tokonya tersebut cuma sedikit. Miris memang, dengan dana terbatas dan terseok-seok, Ferry menjadi bingung. Usahanya tidak berjalan lancar. Apalagi di kala itu kondisi ekonomipun lagi parah pada 1994. Melihat perkembangan usaha stagnan, pemilik modal meminta uangnya kembali.

    "Saya bingung, ditengah hampir bangkrut, pemilik modal meminta uangnya kembali lagi. Akhirnya saya mencoba menguntang barang. Alhamdullilah, mereka mempercayai saya dan dikasih pinjaman berupa bahan tekstil," cerita Ferry lagi.Bermodalkan sifat jujur, kepercayaan, ketekunan dan kerja keras, Ferry mampu menarik perhatian toko lainnya. Mereka bersedia memberikan utang bahan tekstil kepada Ferry. Hingga akhirnya, toko Ferry kembali penuh dan ramai pembeli. Setelah mempunyai cukup uang, ia mengembalikan uang modal temannya tersebut. 

    "Ditengah aktivitas saya mengelola toko, ada seorang ibu-ibu istri pejabat tengah membeli tekstil bertanya tempat jahit yang bagus dimana? Saya menjawab saya bisa," kenang Ferry. Bermodalkan aksi nekad dan tak punya skill menjahit, Ferry pun membawa pulang kain tekstil sang ibu pejabat tersebut.Kemudian, ia pun menyerahkan kain tersebut ke tetangga dekat rumahnya yang kebetulan seorang penjahit Ternyata hasil jahitannya bagus, sang istri pejabat menyukainya dan kembali menyerahkan tekstil untuk 'disulap' menjadi pakaian.Berawal dari sanalah, Ferry berpikir sebagai seorang bisnisman, ia harus mencoba lagi tahapan jenjang yang lebih tinggi lagi.

    Ia pun belajar membuat pola dan menjahit dari tetangganya tersebut.Berkat kemauan dan kerja keras belajar tersebut, kehidupan ekonominya sangat membaik. Ferry mencoba buka cabang toko kain dimana-mana, salah satunya di Jalan Pattimura Padang.

    "Di saat ada toko kain di Padang, saya ditawari bergabung di APPMI Sumbar. Setelah bergabung, saya diajak show dimana-mana," ucap Ferry yang kebetulan relasi langganan jahitan adalah istri pejabat negara. Ferry pun diajak menampilkan bajunya di Hongkong dan Belanda. Ia tak membayangkan, bisa keliling dunia dengan keahlian yang dipelajari secara otodidak. "Saya berpesan kepada adik-adik yang ingin menjadi desainer tak perlu harus belajar di sekolah terkenal. Melainkan dengan kemauan dan tekad yang keras, impian tersebut bisa diwujudkan," jelasnya.

    Salah satu contohnya Ferry Daud yang hanya belajar menjahit secara otodidak, namun hasil karyanya mampu mengguncang dunia. Seiring perjalanan karirnya sebagai seorang desainer, Ferry tentu memiliki cerita suka dan duka. "Dukanya dulu klien saya pernah di komplain, walaupun itu bukan kesalahan saya. Namun, saya harus memberikan pelayanan terbaik untuk pelanggan. Sukanya, sebagai seorang desainer saya mengubah kehidupan dari ekonomi biasa saja, kini alhamdulillah. Kemudian, saya bisa kenal dengan orang berpotensi dan pejabat negara," ucap Ferry yang sudah 10 tahun lebih meniti karir di Jakarta.

    Kini Ferry Daud dikenal sebagai desainer yang memiliki ciri khas rancangan kebaya yang simpel, elegan, dan mewah. Sumber inspirasinya adalah budaya nusantara.Ferry memilih rancang kebaya sebagai ajang untuk berkreasi dan berekspresi, adalah karena ia merasa bahwa kebaya memiliki masa depan yang cerah khususnya di Indonesia dan negara-negara seperti Malaysia dan Brunei. 

    Dan, itu terbukti dengan apresiasi masyarakat Indonesia akan kebaya. Kalau selama ini kebaya hanya tampil di acara- acara perkawinan, beberapa tahun belakangan ini, kebaya juga dengan leluasa tampil di berbagai acara formal lainnya, bahkan di event internasional. Sambutan baik masyarakat yang luas akan kebaya, tentu saja tak disia-siakan oleh Ferry. Dengan menggunakan momentum yang baik ini, ia mensosialisasikan rancangannya dengan mengikuti hampir semua pagelaran busana yang diadakan oleh APPMI, pemerintah daerah, serta aktivitas Puteri Pariwisata Indonesia. Dengan demikian, kebaya rancangan Ferry semakin dikenal oleh publik dan memiliki posisi tersendiri di lingkungan perempuan Indonesia.

    Kesungguhan Ferry dalam merancang dan strateginya mensosialisasikan karyanya, memang pantas dicatat. Ia berani melakukan terobosan dengan mengikuti berbagai fashion show, meski barangkali secara jangka pendek, belum begitu menguntungkan. Ini menunjukkan bahwa Ferry tak ingin se-tengah-setengah di dunia rancang kebaya. Sebagai seorang desainer nampaknya ia sadar betul bahwa membangun nama baik di publik merupakan sebuah langkah yang harus dilakukan secara terus. 

   Tak hanya itu, agar lebih mendekatkan rancangannya dengan masyarakat, Ferry memilih ITC Cempaka Mas, Jakarta Pusat, sebagai lokasi butiknya Ferry Boutique. Di butik ini Ferry menyediakan berbagai pilihan kebaya yang harganya relatif terjangkau. Rentang harga yang dibuat bervariasi, juga memungkin-kan masyarakat pencinta kebaya mengenakan rancangan Ferry.

    Strategi yang dipilih Ferry cukup jitu. Dari waktu ke waktu, eksistensinya di lingkungan perancang kebaya makin kuat. Hal lain yang ia jaga adalah servis. Menurut Ferry, sebagai perancang, jangan sampai klien menunggu. Jadi, ketepatan waktu dan kualitas rancangan memegang peranan penting agar tetap eksis di tengah-tengah persaingan yang semakin marak dan ketat. Di tengah karirnya semakin menanjak naik, Ferry memiliki impian untuk bisa tampil dalam event besar, American Fashion Week. "Jikalau Allah mengizinkan," harap Ferry. (Lenggogeni) 

Post a Comment for "FERRY DAUD : Anak Penjual Ikan jadi Desainer Ternama "