Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Selamat Hari Wanita Internasional


Lenggogeni
Wartawan Madya

TEPAT hari ini, 8 Maret peringatan hari wanita internasional. Begitu dihargainya wanita. Ada banyak peringatan untuk sosok wanita.  Setiap 22 Desember diperingati pula hari ibu. Lalu, 21 April juga diperingati hari lahirnya Raden Ajeng Kartini, sang Pelopor Kebangkitan Perempuan Pribumi. Ada pula persamaan hak antara perempuan dan laki-laki. Istilahnya kesetaraan gender.

Memang banyak yang menyayangkan kenapa Raden Ajeng Kartini begitu dikenal. Kenapa Sumatera Barat yang dikenal menganut sistem matrialinear, kaum perempuannya malah tak dikenal sebagai wanita pembaharuan memperjuangan kesetaraan gender.

Lihatlah, di ranah minang perempuan sudah diberikan kedudukan tertinggi dalam suatu kaum. Bundo kandung, pemegang hak harta pusaka tertinggi. Ia lah yang memegang kekuasaan tertinggi. Tugas seorang laki-laki dalam kaum hanya penjaga harta pusaka.

Memang, kaum perempuan sudah lama meminta kesetaraan gender antara laki-laki dan wanita. Undang-undang pun sudah ada yang mengaturnya. Ironisnya, di lapangan kaum laki-laki masih memandang rendah terhadap kinerjanya. Jikalau mereka berhasil dalam karir, pendidikan, tentu akan ada kekurangan. Entah itu, di pandang tidak menghargai kaum laki-laki ataupun tak mampu mempertahan biduk rumah tangganya. Mentok-mentoknya kaum lelaki takut menjalin ikatan dengan perempuan cerdas.

Ada pula, yang lagi marak saat ini, kaum perempuan menjadi tulang punggung dalam sebuah keluarga. Kini tak laki-laki lagi menjadi pencari nafkah. Kebanyakan kaum laki-laki hanya mengharapkan wanitanya yang bekerja, menghasilkan uang.

Dalam perbincangan saya dengan sebuah lembaga yang memperjuangan hak terhadap perempuan, menyebutkan banyak perempuan yang bekerja dimanfaatkan suami. Dalam sebuah percakapan pun, laki-laki berseloroh, sebaiknya mencari seorang yang sudah ada jaminan hidupnya, alias sudah punya pekerjaan tetap. Perempuan bekerja sebagai PNS masih menjadi idola zaman kini. Jawabannya, ingin instan. Kini tak hanya makanan saja yang instan. Namun, laki-laki ingin hidup bermewah secara instan. Caranya dengan menikahi perempuan yang sudah mempunyai penghasilan tetap. Alhasil, mereka tak bersusah payah lagi membanting tulang mencari uang.

Weleh-weleh, apakah zaman sudah berubah. Atau laki-laki tak mampu lagi bekerja? Adilkah itu bagi seorang perempuan. Menjadi tulang punggung keluarga, istri dan seorang ibu. Yang lebih ironisnya lagi, anak menjadi terbengkalai. Kurang kasih sayang dari seorang ibu.

Tak hanya itu saja, dalam sistem kekerasan dalam rumah tangga pun, perempuan juga menjadi korbannya. Banyak perempuan korban dari Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang tak mampu mengungkapkan persoalan rumah tangganya ke muka umum. Jangankan ke muka umum, terhadap orangtua pun mereka tak mau menceritakan persoalan dalam biduk rumah tangga yang dibangun atas dasar cinta itu.

Atas nama cinta juga mereka menutupi rasa sakit akibat pukulan, bentakan hingga cercaan. Jikalau diceritakan, solusinya yakni perceraian ataupun pelaporan tindakan KDRT.


Ngomong-ngomong soal perceraian. Banyak sekali yang harus dilalui. Ini itulah. Layaknya persidangan. Banyak sekali peraturan yang membuat sesak kaum perempuan. Saya pun tak tahu, mengapa demikian. Yang jelas kaum perempuanlah paling disudutkan. Saya pikir mengurus persidangan cerai itu mudah, nyatanya tak semudah membalikkan telapak tangan. Memang singkat dan mudah, bagi laki-laki yang tak bergantung dengan harta dari sang perempuan. Namun, sulit bagi perempuan kaya dan terhormat. 

Alamak banyak prosedurnya yang harus dilalui. Hanya sang penciptalah yang tahu. Yang jelas menurut hemat saya saat perempuan masih terbelenggu. Entah itu cemoohkan dari kaum lelaki, dihina ataupun dianggap sebagai kaum yang lemah dalam berfikir. Semoga di hari Wanita Internasional ini, kaum perempuan bisa bangkit membasmi ketidakadilan ini. (*)

Post a Comment for "Selamat Hari Wanita Internasional"