Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

KATSU DAN MIHO : Musik 'Bahasa' Dunia

Miho dan Katsu. (Foto : Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo)

    MUSIK mempertemukan mereka. Musik, mengantarkan mereka keliling dunia. Mereka adalah Katsu dan Miho. Kedua warga negara Jepang ini merupakan pasangan suami istri. "Kami pertama dipertemukan musik. Kami sama-sama menyukai musik. Musiklah yang menyatukan kami," ucap sang istri Miho kepada Singgalang. Dengan penuh semangat, Miho menceritakan pertemuan dengan belahan jiwanya.

   Kami pertama kali bertemu 28 tahun silam di Jepang. Memutuskan berduet ketika kami dipertemukan kembali di Dublin, Ibukota Republik Irlandia. Kami menamai duet dengan KURI ," ceritanya. Setelah dipertemukan dan menjalin ikatan suami istri, Miho dan Katsu memutuskan mencari, terus mencari asalnya musik di berbagai belahan dunia. Alhasil, minggu lalu mereka sampai di Kota Padang. Setelah sebelumnya, mengunjungi Mentawai, Aceh, Jogyakarta, Surabaya dan Bali. "Tujuan mereka satu, mencari asalnya musik di berbagai belahan dunia," katanya.

    Di Kota Padang, mereka menampilkan aksi terbaiknya di Taman Budaya dan Aula Balairung Caraka Proklamator I Universitas Bung Hatta. Aksi yang sama juga pernah mereka tampilkan di India, Prancis, Ireland, Inggris, Malaysia, Korea, Jepang, Filipina, Australia, Thailand dan Indonesia serta berbagai belahan dunia lainnya.

    Di dunia, duet Kuri dikenal sebagai pembawa musik vokal dan instrumental yang suka memadukan musik dan peralatan musik dari berbagai penjuru. Liriknya berbahasa Jepang tapi dipengaruhi musik tradisi Eropa terutama musik Irlandia. 

   Katsu memainkan alat musik bouzouki, bodhran, serta berbagai perkusi dan juga menyanyi. Sedangkan rekannya Miho, memainkan tin whistle, ocarina, melodion, suling bambu, lonceng tibet, perkusi dan juga menyanyi. Selain itu, Miho mampu memainkan alat musik dari suku Aborigin dan Filipina. Di tempat yang sama, Katsu menceritakan ketertarikkannya akan musik pada awal 1990-an.

    "Saya lebih tertarik pada resonansi instrumen etnis, dan perjalanannya di seluruh Eropa dan Asia mengajarkan banyak hal tentang musik dan suara," jelasnya. Menurutnya, musik bisa menyatukan perbedaan yang beragam dalam gaya antara genre dan musik Timur dan Barat, dengan musik. Baru-baru ini ia telah menggabungkan puisi dan cerita dengan musik dan sedang menjajaki kemungkinan lebih lanjut dengan suara.

    Hal senada juga diceritakan Miho. "Saya mengenal musik ketika berusia sekitar 11 tahun. Saya memainkan terompet di band sekolah. Walaupun musik sudah berusaha dilupakan, namun musik terus ada dihati," katanya. Menurut Miho, sang suami Katsu lah yang mengajaknya kembali terjun lagi di dunia musik. Katsu bermain musik dari hati. "Hal itulah yang membuat saya tertarik dengan lelaki yang kini menjadi suami saya," ucap Miho.

    Sejauh ini mereka sudah menghasilkan beberapa album, di antaranya "Rei Mei", "Mirage Market", "Distant Memories", dan "Dancing of the Wind". Diakhir sesi wawancara, Miho berharap musik bisa menjadi satu bahasa dunia. "Ketika saya berada di Irlandia saya tak memahami bahasa mereka. Begitupula sebaliknya, merekapun tak memahami bahasa kami. Lalu, saat saya memainkan alat musik suling, pengunjung memberikan apresiasi. langsung mengundang minum dan saling berpelukan seolah sudah kenal lama," cerita Miho. (Lenggogeni)

Post a Comment for "KATSU DAN MIHO : Musik 'Bahasa' Dunia"