STANLEY HARSA
'Cerita Indah' Ketika
Peluncuran Buku 'Seperti Bulan dan Matahari'
'SAYA cinta Padang, Kota
yang sangat indah. Ada gunung dan laut,' Begitulah kalimat pertama sang Mantan
Diplomat Amerika Serikat, Stanley Harsa ketika kembali lagi ke kota Padang.
Setelah hampir empat tahun tidak ke kota ini.
"Lani bagaimana
keadaannya," tanya Stanley begitu sapaan akrabnya kepada Singgalang.
Lani Anggraini
merupakan salah satu korban gempa. Kakinya terpaksa diamputasi akibat tertimpa
beton Gedung Bimbingan belajar Gamma di Jalan Proklamasi.
Kala itu, Stanley
menyempatkan diri melihat Lani di Rumah Sakit M Djamil Padang. 'Hujanan'
semangat dan motivasi plus sebuah bingkisan boneka tercurahkan kepada Lani.
Terbukti sampai sekarang, kisah ia dan Lani yang sudah tamat sekolah itu pun
masih tersimpan dalam sanubarinya.
"Sampai di
Padang saya ingat Lani. Saya menuliskan sedikit kisah saya dan dia dalam buku
karangan saya, 'Seperti Bulan dan Matahari'. Tolong diberikan buku ini. Kalau
ada waktu saya kembali ke Padang dan melihat kondisinya," kata Stanley
disela-sela peluncuran bukunya di Aula Bank Indonesia, Jalan Sudirman nomor 12
Padang, Kamis (28/5) lalu.
Di tempat terpisah,
Lani Anggraini, pun dengan senang hati dan gembira menerima buku yang sudah
dibumbuhi tanda tangan dan kalimat motivasi dari Stanley Harsa bersama istri
Henny Mangoendipoero.
Tak hanya kepada
Lani, Stanley juga bangga dengan kondisi kota Padang yang sudah bisa bangkit.
"Ketika saya ke
Padang dulu, Hotel Mercure, berbintang lima, tempat saya menginap belum ada,
sekarang sudah ada. Hal itupun sangat menyenangkan bagi saya. Mercure adalah
hotel yang indah dengan pemandangan laut, makanan besar, kamar sangat bagus dan
layanan yang fantastis. Saya lihat banyak pula wisatawan asing Amerika Serikat
dan Australia datang berkunjung ke Padang untuk surfing. Tentunya dengan
papan selancar menuju kepulauan Mentawai dan berselancar kelas dunia. Wow,
pasti perekonomian Sumbar bangkit lagi," katanya.
Menurutnya, Kota
Padang sudah banyak berobah. Kini sudah tidak ada lagi bangunan yang runtuh. Ia memberikan nasehat
kepada pemerintah daerah agar memperhatikan pendidikan dan memberikan gerak
atau ruang bagi penanam modal
Tak hanya itu, ia
juga mengatakan orang minang sudah banyak yang rajin dan cerdas. Tapi penting
ada sediakan fasilitas guru, universitas dan investasi bidang pendidikan.
"Kunci negara
maju, adalah pendidikan," tegasnya.
Ia bangga kalau orang
minang sudah terkenal di Indonesia, masyarakat sangat toleran, dan membela
demokrasi. "Pertahankan sikap tersebut dan maju ke depan. Selalu membela
demokrasi, hak manusia dantolentasi antar agama dan budaya," jelas Stanley
yang sudah bekerja di Indonesia selama 12 tahun.
Memang, Stan, sang
mantan diplomat sangat perhatian terhadap Indonesia. Perhatiannya tersebut ke
Indonesia dituangkannya dalam sebuah buku, menceritakan Indonesia dalam Catatan
Seorang Diplomat Amerika.
"Saya hanya
membuat catatan pengalaman seorang mantan diplomat AS yang pernah bekerja di
Indonesia selama 12 tahun sebagian dari 28 tahun sebagai diplomat,"
katanya.
Cover depan buku
tersebut itu menggambarkan sepasang kekasih yang tampan dan cantik.
Menggambarkan kiasan idealisasi kedekatan hubungan AS dan Indonesia.
"Judul buku itu,
dibuat dan ditemukan bersama istrinya. Istrinya pula yang menerjemahkan, sebab
naskah asli ditulisnya dalam bahasa Inggris. Beberapa hari kemudian, baru
terbit dalam bahasa Inggris (naskah asli), berjudul Like the Moon and the Sun.
Indonesia in the Words of an American Diplomat," ujarnya.
Di dalamnya tertuang
pengembaraan Stan pertemuan jiwa raganya, kemudian dipersatukan dengan
mempersunting Henny Mangoendipoero, dan dikarunia dua orang anak, Annisa Harsa
dan Sean Harsa.
Sang istri berasal
dari lingkungan keraton Solo, putri seorang pejabat, Padmosawego
Mangoendipoero, buyut pujangga keraton Solo, Ki Padmosoesastro. Stanley sendiri
berlatar belakang pendidikan dari tiga universitas yang berbeda-beda,
University of Colorado, Universidad de Costa Rica dan Universidad de Mexico. Ia
juga pernah bekerja sebagai wartawan di AS dan Venezuela. Bapaknya berasal dari
Irlandia dan ibunya dari AS. Nama Harsha itu nama Eropa dipupuk dalam proses
pendidikan serta kariernya, tanpa sadar Stanley memang menjadi 'jembatan'
pemersatu berbagai kebudayaan.
“Stanley Harsha bukan
hanya seorang diplomat ulung Amerika, dia juga seorang pencinta Indonesia
sejati. Pemahamannya mengenai budaya dan politik Indonesia sungguh mengagumkan.
Buku ini wajib dibaca oleh setiap orang yang tertarik mempelajari hubungan
Indonesia dengan Amerika," tulis Adnan Buyung Nasution, sang Pengacara
Senior yang dituangkan dalam buku tersebut.
Wartawan dan aktivis
HAM, Andreas Harsono pun menuliskan kalau Amerika bukan hanya CIA, Dick Cheney,
dan Perang Irak, tapi juga Stanley Harsha yang jatuh cinta pada gadis Jawa dan
mengenali Indonesia, mulai dari keraton Solo sampai Gerakan Aceh Merdeka.
“Teman saya Stan
Harsha telah menulis catatan personal mengenai perjalanannya di Indonesia
sebagai seorang suami, ayah, dan diplomat. Menyentuh dan jujur, buku ini akan
membantu orang Indonesia memahami orang Amerika dan hubungan kompleks antara
kedua negara dengan lebih baik," tulis Direktur Regional Asia, Centre for
Humanitarian Dialogue, Michael Vatikiotis.
Sementara itu,
Redaktur Senior The Jakarta Post, Endy Bayuni mengatakan, buku ini lebih dari
sekadar kumpulan cerita anekdot menarik dari pengalaman pribadi dan profesional
Stanley Harsha, serta cintanya yang mendalam kepada Amerika dan Indonesia.
Dibaca secara menyeluruh atau sebagian, buku ini membawa pesan penting tentang
cinta dan perdamaian seperti yang dialami seseorang yang menghabiskan hidup
kariernya, dan sesudahnya, membangun jembatan antarbangsa di dunia.
"Hebat. Penilaian seperti ini serta-merta menyelinap di relung hati saya
setelah secara pelan-pelan dan hati-hati membaca buku Seperti Bulan dan
Matahari, Indonesia dalam Catatan Seorang Diplomat Asing oleh
Stanley Harsha dengan pengantar Azyumardi Azra Penerbit Buku Kompas,
2015," kata Budayawan Sumatera Barat, Darman Moenir. Nah, Anda patut
membacanya. Kini sudah beredar di Toko Buku Gramedia. Ada dua bahasa, Inggris
dan Bahasa Indonesia.
Ia sengaja menuliskan Seperti Bulan dan Matahari, Indonesia dalam
Catatan Seorang Diplomat Amerika, dalam dua bahasa, Inggris dan Indonesia,
supaya bisa dibaca seluruh masyarakat dunia.
"Sengaja saya tulis dua bahasa karena tujuan saya supaya orang
Amerika tahu tentang Indonesia," kata Harsha, yang memerlukan waktu satu
tahun untuk menulis buku ini. "Satu pesan buku ini adalah bagaimana budaya
dan adat Indonesia sangat mendalam dan penting untuk dipelajari," katanya. Sebelum menulis buku ini Harsha menjabat sebagai penasihat senior
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat dan Direktur Fullbright Foreign
Scholarship Board. (Lenggogeni)
Post a Comment for "STANLEY HARSA"
Silahkan Tinggalkan Komentar Yach..Thanks..
Post a Comment